Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menipu Diri

Suatu ketika ada pencuri masuk ke rumah Ahmad bin Khazruya, seorang sufi besar. Ia sibuk mencari barang berharga untuk dicuri, tetapi ia tak menemukan apa-apa. Ketika pencuri itu hendak pergi meninggalkan rumah dengan kecewa, Ahmad, sang sufi tiba-tiba memanggilnya.

"Wahai anak muda, ambillah ember ini dan timba air dari sumur. Berwudhulah kau dengan air itu dan dirikanlah shalat. Kalau ada sesuatu, nanti aku berikan padamu, supaya kau tak pulang dengan tangan hampa," ujar Ahmad.

Walau dengan rasa kaget dan heran, sang pencuri itu mengikuti perintah Ahmad. Ketika pagi tiba, ada seorang pria dari kota datang membawa kantong berisi seratus dinar dan memberikannya pada Ahmad. Ahmad lalu memberikannya pada si pencuri tersebut.

"Bawalah ini sebagai hadiah dariku untuk shalat malamu," ia berkata. Tubuh pencuri itu pun tiba-tiba bergetar terharu. Ia langsung menangis terisak-isak.

"Aku telah salah mengambil jalan," ucapnya di sela tangisan, "tetapi semalam saja aku bekerja untuk Allah, Dia telah memberiku ganjaran seperti ini...."

Pencuri itu bertobat, kembali ke jalan Allah. Ia menolak mengambil uang emas itu, dan kemudian memilih menjadi salah seorang murid setia Ahmad bin Khazruya.

Rasa ingin memiliki adalah fitrah yang ada pada diri manusia. Kita ingin memiliki sesuatu di luar diri kita karena merasa membutuhkannya. Kebutuhan menggerakkan manusia untuk melakukan suatu amal atau pekerjaan, sehingga kehidupan di dunia ini menjadi dinamis.

Dapatkah kamu bayangkan seandainya manusia tidak memiliki kebutuhan akan apa pun? Tanpa ada kebutuhan maka tak akan ada namanya kehidupan.

Namun rasa ingin memiliki yang ada dalam diri kita dapat membuat kita merasa terkekang dan tersiksa. Seorang pencuri melakukan aksinya dengan cara sembunyi-sembunyi. Dia tidak ingin agar orang lain mengetahui perilakunya, langkah kakinya diatur sedemikian rupa agar tak bersuara, aksinya dilakukan secepat-cepatrnya agar tidak keburu ketahuan. Betapa repotnya jadi pencuri, perilakunya terkekang karena takut ketahuan.

Kita mungkin bukan seorang pencuri, tetapi bisa jadi kita memiliki mental seorang pencuri. Melakukan sesuatu yang kita pun yakin tingkah laku tersebut keliru dan berbahaya bagi kita. Namun kita tetap melakukannya secara sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan. Sebenarnya rasa takut yang muncul adalah karena diri kita tahu sesuatu yang ingin kita miliki tersebut tidak layak untuk kita miliki, bisa jadi sesuatu yang ingin kita miliki tersebut sudah kepunyaan orang lain atau bisa jadi kita tahu belum saatnya bagi kita untuk memiliki sesuatu itu.

Jika kita masih saja melakukan sesuatu, misal korupsi, berbuat curang, mencontek, membajak karya orang, manipulasi dan masih banyak tingkah laku sejenis lainnya yang dengan atau tanpa sadar telah, sedang atau akan kita lakukan. Maka sebenarnya kita telah menipu diri kita sendiri, melakukan sesuatu yang kita tahu salah.

— Inspirasi —

Hidayat, Tatang., Anjar Ramadhana. 2009. Inspiring Word, Mengungkap Hikmah Bacaan Shalat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Posting Komentar untuk "Menipu Diri"