Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kejadian Tak Menyenangkan Semasa Jadi Pelajar

Cenah mah masa-masa sekolah adalah masa yang paling indah, karena di sana kita dapat menemukan kasih dan semut merah. Namun agaknya masa sekolah tak selamanya indah, pastilah kita pernah mengalami kejadian yang pikasebelen alias tak menyenangkan. Meskipun hal tak menyenangkan itu bermacam-macam jenisnya, intensitas dan kualitasnya pun bertingkat.

Kejadian Tak Menyenangkan Selama Jadi Pelajar, is 2, ips, anak ips, social class, sacil, satu cileunyi, sman, sman sacil, asep abdul rozak, jalan pendidikan, rebellion family
Siswa-siswi IS 2 SMAN 1 Cileunyi lulusan 2011. Coba cari saya di foto ini! Jangan ding ga penting - Dok. Rebellion Family

Di antara sekian kejadian tak menyenangkan, beberapa tentu memiliki kesan tersendiri dan terkenang hingga kini. Kenapa demikian? Bisa jadi karena ada suatu nilai penting yang terkandung dalam kejadian yang mungkin kita anggap konyol atau menyedihkan ketika dialami, namun terasa manis saat dikenang.

Dikeluarkan dari Kelas

Kejadian ini tentu pernah dialami banyak pelajar :D

Waktu itu jam mata pelajaran (mapel) Sosiologi, tiap siswa diharuskan memiliki buku pegangan alias buku paket, sedangkan saya tidak punya. Bukan hanya saya sih, teman-teman saya juga ada yang tidak punya. Saya bukannya tak mau beli, melainkan belum mampu beli. Kalau teman yang lain mah teu apal.

Guru menyuruh saya untuk fotocopi saja biar murah. Ya tetap saja, kan judulnya can boga duit.

Akhirnya kami keluar kelas berjamaah, disuruh merenung di Perpustakaan. Tapi karena kami adalah tipe orang yang suka bersilaturahmi, maka sebelum ke perpus baiknya mampir dulu ke Kantin Kejujuran, beli coki-coki, milkita, dan rekan-rekan. Minimal biar tidak terlalu eteb merenungnya.

Tapi untuk pertemuan berikutnya saya memaksakan diri fotocopi buku paket sosiologi tersebut supaya aman. Meski fotocopynya per bab dulu, biar ongkosnya tidak terlalu meledak.

FYI, setelah sembilan tahun berlalu, fotocopian buku sosiologi tersebut masih saya simpan.

Tragedi "pengusiran" dari kelas juga pernah saya alami zaman kuliah, tepatnya dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Kali ini alasannya bukan karena buku paket ya. Melainkan saya dikeluarkan karena tidak bisa melafalkan (bukan membaca) dalil tentang dakwah (Q.S An-Nahl : 125). Ya... waktu itu mana saya tau? Perintahnya dadakan pula :D

Tapi sebagai mahasiswa UIN tentu sedikitnya saya harus hafal, akhirnya di luar kelas saya menghafal betul-betul ayat itu beserta terjemahannya. Hikmahnya ayat itu masih katalar meski lima tahun telah berlalu dari tragedi itu. 

Kepala Dikeplak

Pengeplakan itu terjadi hari Senin, sesaat sebelum upacara bendera dimulai. Waktu itu posisi saya dan teman-teman masih di depan pintu kelas siap OTW lapang. Tetiba datang Wakasek (wakil kepala sekolah) menghampiri kami dan tanpa banyak kata langsung mengeplak kepala kami menggunakan topi :D

Pengeplakkan tak berakhir di topi, pada saat Mapel TIK kepala saya dikeplak menggunakan buku paket. Alasannya? Lagi-lagi akibat tidak punya buku paket. Pelakunya? Wakasek lagi. Entahlah mungkin itu hobi beliau, atau memang saya terkena kutukan buku paket? :D

Solusi dari masalah ini lagi-lagi adalah fotocopi. Terima kasih fotocopian.

Gagal Menuntaskan Praktek Penjaskes

Dalam mapel Penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan), tentu kita akan menemui beberapa sesi dimana harus mempraktekkan teori-teori yang disampaikan guru di kelas. Prakteknya macam-macam, hampir semua cabang olahraga ada; mulai dari nomor lari, lompat, lempar, hingga cabang olahraga lain yang lebih populer.

Alangkah tidak menyenangkan ketika gagal menuntaskan tes praktek Penjaskes. Bukan karena rasa sakit atau efek fisik lainnya, tapi lebih ke rasa malu karena kegagalan itu ditonton banyak orang.

Ya, tiap praktek Penjaskes selalu saja ada orang yang nonton, entah itu murid dari kelas lain atau warga sekitar sekolah yang entah dengan alasan apa ikut nonton. Apalagi kalau ciwi yang kita taksir ada di sana, bisa jadi bukan hanya malu yang dirasa, tapi kita jadi terlihat konyol dan lemah :D

Kecuali renang deh, alasannya selain kolam laki-laki dan perempuan dipisah, juga karena dari sekian banyak lelaki yang ikut ternyata banyak yang tidak bisa renang atau cuma berani di kedalaman 1 meter, supaya kalau tenggelam kaki masih bisa napak.

Di luar pakem-pakem sosial yang ada, suatu kejadian dianggap menyenangkan atau tidak itu tergantung dari individu yang mengalaminya. Kejadian tak menyenangkan tak melulu datang dari luar, bisa saja datang akibat dari ulah sendiri. Saya sendiri menganggap empat poin di atas memang kejadian tidak menyenangkan yang datang dari diri sendiri dan lebih menjurus ke genre kekonyolan hidup, kualitasnya pun terbilang masih dalam taraf amateur.

Tapi jangan salah, kejadian tak menyenangkan pada masa lalu bisa menjadi kenangan indah di masa mendatang, dan bisa menjadi momen paling diingat sepanjang hidup.

Wassalam.

4 komentar untuk "Kejadian Tak Menyenangkan Semasa Jadi Pelajar"