Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ambigu Makna Generasi 90-an

Acap kali kita melihat dan mendengar istilah generasi 90-an. Di artikel-artikel, gambar meme, dan di forum-forum daring. Meski pun secara kasat istilah tersebut memiliki cakupan luas, namun kita seakan sudah mafhum bahwa yang dimaksud generasi 90-an merujuk pada ranah pergaulan, permainan, makanan, atau pengalaman-pengalaman yang memang lumrah pada masa itu namun dianggap klasik pada masa sekarang.

Generasi 90-an menilai bahwa masa kanak-kanak mereka begitu digdaya ketimbang masa kanak-kanak jaman sekarang yang seakan tak seasyik dan sepenuh makna jaman dahulu. Kemajuan teknologi menjadi kambing hitam ketika anak-anak jaman sekarang lebih asyik hidup di dunia maya ketimbang dunia nyata. Kini sudah jarang ditemui anak-anak yang bermain di lapangan atau halaman rumah, entah itu main bola, main kelereng, petak umpet, dan berbagai permainan seru yang biasa orang Sunda sebut ucing-ucingan.


Seperti diketahui banyak memori masa kecil tak terlupakan tahun 90-an hingga awal 2000-an, misalnya disuruh Emak beli minyak tanah ke warung, nonton tayangan kartun di hari Minggu, banyaknya acara TV khusus anak, rame-rame ucing-ucingan di buruan (ucing udag, ucing sumput, ucing jibeh, ucing bangun tidur, ucing sendal, ucing prin, ucing garong, dan ucing-ucing lainnya), di sekolah ada mamang penyewaan gimbot (gimbotnya disambung ke accu), main gambar BP, main gambar gosok, tukeran biodata yang ditulis di kertas binder (yang pernah pasti tau arti makes dan mikes), dan segudang memori lainnya.

Setiap manusia hidup mengikuti jamannya, mereka yang menyebut diri sebagai bagian dari generasi 90-an menganggap pergaulan anak-anak masa kini cukup miris, dan lebih terbuai dengan kecanggihan gadget. Meski tak sepenuhnya benar, anggapan tersebut tak bisa dianggap salah juga jika anak-anak jaman sekarang terus dicekoki tontonan yang tak etis, dan (sepertinya telah) kebablasan dalam menyikapi perkembangan teknologi.

Baca Juga : Bermacam Jenis Pensil Waktu SD

Setelah kita (atau saya sendiri?) mencoba menafsirkan maksud generasi 90-an, muncullah polemik, karena maksud dari generasi 90-an itu sendiri menimbulkan keambiguan. Apakah istilah tersebut merujuk pada anak yang masa permainannya di tahun 90-an (berarti kelahiran tahun 1980-1989), atau merujuk pada mereka (saya juga) yang lahir antara tahun 1990-1999.

Anak yang lahir di awal tahun 90-an masih memungkinkan merasakan gaulnya mereka yang lahir tahun 80-an. Namun bagi yang lahir di akhir 90-an tentu mereka menghabiskan era 90-an dalam masa balita, dan baru merasakan pergaulan di era millenium. Dalam kasus ini kedua kubu saling klaim bahwa mereka bagian dari generasi 90-an yang klasik tapi asyik, bukan bagian dari generasi kekinian yang canggih namun seakan miris.

Generasi 90-an, ambigu makna, maissy ci luk ba, tatang s, komik horror, jurnal rozak, petruk gareng
Potret generasi 90an - Dok. Disarikan dari internet

Saya sendiri kelahiran awal 90-an, namun saya turut merasakan apa yang disebut memori 90-an, ikut mengalami jajanan serba murah, dikasih bekal sekolah sebesar Rp 200 sudah senang (jaman itu seporsi Pempek dan Cuanki masih seharga Rp 500), mengetahui fenomenalnya Wartel, pernah tergoda kecentilan Maissy Ci Luk Ba, sempat menikmati komik-komik horror berfaedah karya Tatang S, mengenal mitos-mitos konyol (tiga yang terkonyol adalah ada mister gepeng di toilet sekolah, ibu bakal meninggal kalau pensil udah sepanjang kelingking tapi ga dibuang, kelas kamu bekas Rumah Sakit Belanda). Jadi apakah saya yang kelahiran 90-an ini masih layak disebut generasi 90-an?

Klaim meng klaim mengenai keambiguan makna ini memang bukanlah hal yang terlalu penting dan genting, yang keadaannya bakal mengancam keutuhan NKRI. Hanya saja hati ini tergelitik, jiwa raga terpanggil untuk mengamalkan amar ma'ruf nahyi munkar (aslina teu nyambung).

Jadi, kalau sudah seperti ini, siapa yang benar? siapa yang salah? Apakah kubu kelahiran 80-an yang mengalami masa-masa permainan di era 90-an? Ataukah generasi 90-an yang kebanyakan masa permainannya berada di era 2000-an? Jawaban yang aman untuk pertanyaan barusan adalah, kita kembali pada persepsi masing-masing. Karena seru menurut saya belum tentu seru menurut kamu, asyiknya saya belum tentu asyiknya kamu, dan tiap jaman memiliki keasyikannya sendiri-sendiri. Maka dari itu asyikin aja say!

Sekian pemaparan dari Pak Dosen, jika ada yang mau menambahkan sila suarakan di kolom komentar. Kritik dan saran segera hubungi dokter, karena Senin harga naik. Wassalam.

2 komentar untuk "Ambigu Makna Generasi 90-an"

  1. Saya lahir di tahun 90 akhir (99). Sering kali melihat sebutan anak 90-an, tapi sy merasa tidak bisa mengklaim diri sy sebagai anak 90-an karna tidak merasakan dan mengalami masa-masa di era 90-an. Menurut sy pribadi, anak 90-an mempunyai arti orang" yang menghabiskan masa kanak"/remaja di era 90-an. Bagi saya lebih jelas jika disebut saja "anak kelahiran 90-an" bukan anak 90-an.
    Setuju sekali kalau ini bukan hal penting dan genting tp menarik untuk dibahas dan bisa saja menjadi penting.

    BalasHapus