Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wajarkah Menyunting Tulisan Lawas?

Pernahkah kamu iseng jalan-jalan di blog sendiri? Membaca tulisan-tulisan lawas yang mungkin sudah terlupakan. Saya sendiri beberapa kali melakukan hal tersebut dikala ide untuk membuat sebuah tulisan sudah mentok.

Wajarkah Menyunting Tulisan Lawas?, edit tulisan, jurnal rozak, menulis, pena, kertas putih, aku mencintaimu
Ralat - Dok. Pribadi

Hasil dari aktivitas tersebut, saya menemukan banyak ke-typo-an yang tentunya tak disengaja, atau redaksi kalimat yang membuat tulisan tidak enak dibaca, salah satunya terlalu banyak pengulangan kata.

Bahkan saya menemukan postingan yang saya sendiri berpikir "ini seperti bukan tulisan saya", sehingga mengakibatkan postingan tersebut dikembalikan ke draft untuk diperbarui dan diposting kembali tanpa mengubah tanggal dan esensi.

Namun, jika ada postingan yang isinya sudah tidak relevan dengan perkembangan dunia masa kini, terpaksa saya kembalikan ke draft sampai waktu yang tak ditentukan.

Timbul pertanyaan.

Apakah kelakuan saya itu wajar? Apakah menyunting tulisan lawas supaya enak dibaca itu dapat dibenarkan? Atau seharusnya dibiarkan saja apa adanya sebagai bukti cintaku sejarah bahwa saya pernah melalui fase dimana tulisan-tulisannya tidak enak dibaca?

Adakah yang seperti saya?

6 komentar untuk "Wajarkah Menyunting Tulisan Lawas?"

  1. Kalau saya pribadi menyunting artikel lawas secara berkala. Biasa untuk nambah informasi dan tambah gambar. Setiap tulisan yang diperbaharui saya kasih tanggal update di judulnya. Menurut yang saja baca, bisa memperbaiki peringkat halaman Google.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus atuh kalau bisa memperbaiki peringkat di google. Terima kasih atas info tambahannya ya...

      Hapus
  2. Tergantung, kalau artikelnya relevan sampai sekarang, pasti saya sunting. kalau sudah tidak relevan ya saya biarkan saja, itu kan menunjukkan perkembangan cara menulis kita dari dulu sampai sekarang.

    BalasHapus