Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kode Wartawan

Kode Wartawan
Coba perhatikan ilustrasi berita di samping yang diambil dari Harian Kompas. Di akhir berita terdapat sebuah singkatan, semacam kode. Itulah yang disebut kode wartawan.

Dalam tradisi jurnalistik, setiap berita yang ditulis wartawan harus disertai kode wartawan yang membuatnya, kode ini tidak lain adalah singkatan dari nama wartawan dan biasanya ditulis pada akhir berita. Misalnya, wartawan bernama Goenawan Mohammad memakai kode GM, atau Dahlan Iskan memakai kode DIS.

Kode wartawan ada yang dibuat oleh redaktur, redaktur pelaksana, namun kebanyakan dibuat oleh wartawannya sendiri. Yang harus dihindari adalah kesamaan kode untuk dua atau lebih wartawan dalam satu penerbitan media atau redaksi.

Pemakaian kode dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa berita atau tulisan yang dibuatnya itu bukanlah opininya, tetapi pendapat sumber berita. Dalam hal ini wartawan hanya bertindak sebagai mediator atau perantara.

Pemakaian kode juga dimaksudkan untuk merahasiakan wartawan yang membuat berita tersebut jika terjadi masalah atau delik pers. Jika terjadi delik yang membahayakan keselamatan si wartawan, masyarakat umum tidak akan mudah mengetahui atau melacak wartawan bersangkutan.

Untuk beberapa hal, penggunaan kode ini bisa merugikan wartawan. Ada kesan wartawan kurang bertanggung jawab terhadap berita yang dibuatnya. Wartawan seakan bersembunyi di balik kode tersebut.

Sebaliknya jika berita yang ditulis wartawan sangat bagus dan merupakan prestasi jurnalistik, wartwan yang bersangkutan tidak akan mudah dikenali pembaca karena menggunakan kode, kecuali oleh rekannya di kantor atau wartawan lain yang sudah akrab dengannya. Kode wartawan “ZAL” dalam ilustrasi di atas tidak dapat dipastikan siapa nama pemiliknya, bisa Rizal atau Zainuddin Liliweri, kita hanya bisa menerka-nerka saja.

Rujukan: Zaenuddin. 2011. The Journalist. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

2 komentar untuk "Kode Wartawan"

  1. kalau di artikel yang kita jadikan sumber tidak ada nama penulis (hanya inisial) lalu di daftar pustaka harus menuliskan nama penulisnya, apa cukup menulis inisialnya saja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan jenis artikel biasanya mencantumkan nama lengkap atau nama pena si penulis karena bersifat opini pribadi.

      Kalaupun ada penulis artikel yang hanya mencantumkan inisial, tidak masalah kita cantumkan inisialnya saja di daftar pustaka, karena ada keterangan lainnya yang dicantumkan untuk merujuk ke artikel tersebut.

      Semoga membantu

      Hapus